7/28/2015

Lima Kurcaci, Lima Kota, dan Lima Perguruan Tinggi

Setelah sekian lama hilang.
Ini kemunculan yang diharapkan atau karena paksaan?
Semakin ditelaah
Aku justru lebih memilih untuk kembali lenyap
dalam
tulisan
tentang
kebangkitan.

***

Halo!

Biarkan saya, selaku narator menceritakan sebuah kisah tentang 5 kurcaci.

Bagaimana ya biar cerita ini lebih mudah dibayangkan? Oh iya! Beri nama. Ya! Beri nama kurcaci-kurcaci yang akan kita perdengarkan. Lima kurcaci tersebut adalah Gingu, Didu, Friri, Poni, dan Suno. Kaian suka dengan nama-nama itu? Ya, mungkin tidak terlalu bagus. Tapi terdengar fiksi, bukan?

Karena saya ingin kalian, yang membaca, fokus pada cerita. Dan, yakin, bahwa ini hanya fiksi. Tak ada manusia di dunia nyata yang harus disudutkan, karena ini semua fiksi.

Kita mulai saja ceritanya, bagaimana? Kalian sudah siap?

***

Pada suatu zaman, di negeri kurcaci, hiduplah lima kurcaci dengan kesukaan yang berbeda. Ada yang suka tanaman, ada yang suka mengobati orang, ada yang suka diam, ada yang suka menggambar, dan ada yang suka dibohongi. Pada awalnya mereka berlima tidak saling kenal. Baiklah, saya akan menunjuk satu tokoh kurcaci sebagai tokoh utama. Mari kita ambil si kurcaci yang suka dibohongi, ia tampak menyedihkan. Ah, tidak juga sebenarnya. Hanya saja saya merasa lebih mengenal kurcaci ini dibandingkan yang lainnya. 

Kurcaci Gingu-lah yang suka dibohongi. Saat ia duduk di kelas 1 Sekolah Menengah Pertama Perkurcacian (SMPP), ia tampak bersinar. Gingu punya banyak teman, dan teman-temannya adalah mereka yang berasal dari golongan yang cukup dominan di kelas. Gingu merasa hebat, "Lihat kan? Mudah bergaul dengan mereka!" 

Bagaimana tidak. Gingu sebenarnya hanya menumpang pada satu temannya yang cukup populer (ya, kurcaci idaman) untuk masuk dalam pergaulan itu. Ah, itu bukan niat Gingu sebenarnya. Ia hanya... terseret ke dalam grup kecil kurcaci itu karena ia berteman dengan salah satunya. Gingu malang. Ia tidak sadar bahwa ia sama sekali tidak diharapkan di grup kecil itu. Mereka bahkan membicarakan Gingu di belakangnya. Dan Gingu sama sekali tidak berpikiran akan dibohongi seperti itu. Dan ya sebenarnya Gingu pantas mendapatkan itu! Bagaimana tidak? Gingu gemar mencontek, tidak belajar banyak tapi selalu ingin nilai yang bagus. Astaga, Gingu! Bagaimana teman di grup kecil itu tidak sebal? Ayolah! Kau bahkan bukan kurcaci yang menarik, Gingu! Ditambah lagi kau tidak punya otak. 

Sampai akhirnya Ibu Guru Kurcaci membuat sebuah forum khusus kurcaci perempuan di kelas. Dan semuanya terungkap. Grup kecil itu akhirnya mengakui bahwa mereka sama sekali tidak menyukai Gingu. Mereka bahkan berusaha keras membuat Gingu menjauh. Mereka sebenarnya sangat terganggu setiap kali mereka ingin jalan-jalan dan Gingu minta ikut. Astaga! Mengapa mereka harus melakukan ini pada Gingu? Mengapa tidak bilang saja dari dulu?

Saat itu Gingu sadar, bahwa pertemanan tidak bisa dipaksakan. Bahwa pertemanan sejatinya terjadi secara acak. Persis seperti jatuh cinta. Apa kau memilih seorang kurcaci pria untuk kau jatuh cintai? Tidak! Kau jatuh cinta terlebih dahulu, baru kau tau dialah prianya. Tidak bisa kau paksakan, "Wah, kurcaci ini yang paling populer! Aku harus jatuh cinta dengannya! Bagaimana pun caranya, harus!" Tidak, Gingu. Tidak. Untungnya kau akhirnya tersadar. 

Setelah itu, Gingu memang tidak langsung menjauhi teman-teman kurcacinya di grup kecil itu. Ia tersadar dan justru berterima kasih kepada grup kecil itu karena sudah mengatakan yang sejujurnya. Sejak saat itu, Gingu bertekad untuk memperbaiki diri. Mungkin ia tidak dapat merubah penampilannya yang biasa-biasa saja. Ia bahkan bukan golongan kurcaci yang cantik. Tapi setidaknya ia memiliki tekad untuk tidak mencontek lagi! "Apapun hasilnya, setidaknya aku berusaha! Mungkin aku tidak dapat membangun pergaulanku dengan baik, tapi aku harus menjadi kurcaci yang punya otak!"

Lama kelamaan, secara natural, Gingu tidak lagi berada di grup kecil itu. Ia berteman dengan siapa saja. Bagaimana dengan teman dekat? Gingu tidak punya teman dekat? Memang seperti tidak adil rasanya. Namun, ternyata disaat Gingu sedang memperbaiki diri untuk lebih baik, Tuhan diam-diam mendekatkan Gingu ke sebuah pertemanan yang sejati. Secara tidak sadar Gingu semakin dekat dengan 4 kurcaci lainnya. Tapi, ingat! Hal itu tidak terjadi secara instan. Sebuah pertemanan yang memang terjadi secara natural memang akan bertahan lebih lama. Namun, apa arti dari natural? Yang melalui proses. Tidak secara tiba-tiba Gingu menjadi dekat dengan Poni. Ada interaksi khusus yang dan intens yang membuat mereka saling mengenal satu sama lain. Tidak secara tiba-tiba Gingu menjadi dekat dengan Didu dan Suno. Ada hal-hal yang membuat mereka terus berinteraksi dan akhirnya membuat mereka merasa nyaman satu sama lain. Dan tidak secepat membalikan telapak tangan untuk bisa memahami Friri, ada komunikasi dengan frekuensi yang sering untuk bisa menjadi saling paham.

Namun, poinnya satu: proses.

Hingga tahun kedua SMPP, mereka berlima menjadi semakin dekat. Mereka sebenarnya tidak membatasi pergaulan. Namun entah kenapa yang tersisa hanya mereka berlima yang tetap menjaga komunikasi dan tetap bermain bersama. Apa ini takdir? Dari jutaan kurcaci yang hidup di dunia kurcaci, mengapa mereka berlima yang dipertemukan dan dibuat bertahan untuk terus bersama? Mengapa harus Gingu? Mengapa harus Friri? Mengapa harus Suno? Mengapa harus Didu? Mengapa harus Poni...?

Ternyata Tuhan memiliki skenarionya tersendiri. Dan inilah yang terjadi pada kehidupan Gingu. Setiap harinya selalu dihiasi oleh tawa 4 teman kurcacinya itu. Hidup menjadi lebih baik berteman dengan teman-teman kurcaci yang dapat membuatnya menjadi diri sendiri, walaupun tidak populer. Dibandingkan bersandiwara untuk mendapatkan perhatian orang. Uh! Gingu sebenarnya tidak suka menjadi pusat perhatian. "Lebih baik seperti sekarang!" Ucap Gingu.

Mereka belajar dan bermain banyak hal. Mereka bersama melalui perjuangan yang tidak mudah untuk mendapatkan nilai yang bagus di sekolah. Mereka punya mimpi yang besar, walau tak banyak modal, mereka bersama punya tekad untuk mewujudkan mimpi mereka. Tak sedikit rintangan yang perlu dilalui kurcaci-kurcaci wanita ini. Lingkungan sosial yang sering mengabaikan keberadaan mereka berlima, kehidupan cinta yang mengganggu fokus mereka (Oh ayolah! Bagian ini sama sekali tidak keren), orangtua kurcaci yang begitu protektif, dan tantangan-tantangan lainnya. 

***

GILA SERU BANGET.

Kita berjuang bareng-bareng. Ya walaupun pada awalnya gak semua berhasil. Dan kata siapa kalo temenan deket itu gapernah berantem? Kita sering berantem kok. Pernah sampe nangis malah berantemnya. Tapi gak lama kemudian baikkan lagi. Dan kalo udah SMSan tuuuh (dulu belom ada line/whatsapp/twitter) udah kayak orang pacaran deh. Apapun diceritain. Bahkan sering nelfon dari telfon rumah juga buat ngobrol. Terus minimal seminggu sekali kita pasti main ke salah satu rumah diantara kita berlima. Bukan buat cekikikan ngomongin orang dibelakangnya, tapi kita ngelakuin hal-hal produktif, lebih banyak art work sih.

Jadi gue, Dias, Oni 3 tahun sekelas pas SMP. Dan kita usahain tugas apapun harus sekelompok biar ngerjainnya bareng. Peni sama Frida 3 tahun sekelas, dan seringnya juga mereka sekelompok. Yah gitu, jadinya sering ngerjain tugas bareng. Dan yang paling sweet tuh kalo salah satu dari kita ulang tahun. Diem-diem kita buatian sesuatu yang hand made gitu buar yang ultah. Kita juga punya blog bareng-bareng. Dulu ngekhayal pengen punya novel yang hasil karya berlima gitu. Kita suka ngekhayal kisah-kisah aneh terus malem-malem nelfon cuma buat ngasih tau khayalan kita ke salah satu dar kita :" Gak penting banget, tapi dilakuin. Malem-malem nelfon Dias cuma buat, "Yas! Masa gue kepikiran kalo misalnya blablablabla..." Terus udah.

Kita hobinya jalan ke McD buat beli 2 sundae coklat dan makannya bareng-bareng (super ngirit). Abis itu ke toko buku berjam-jam. Pulang. Gitu aja terus. Makan hemat, baca buku berjam-jam. Kalo bosen kita bereksperimen deh. Bikin sesuatu. Food and books are both our favorites.


***

Mari kita lanjutkan kisah lima kurcaci. 

Hingga akhirnya tiba hari kelulusan SMPP. Gingu dan Suno gagal diterima di Sekolah Menengah Atas Perkurcacian (SMAP) idaman mereka. Namun, kabar baiknya justru Suno diterima di sebuah yayasan yang menawarkan beasiswa secara penuh. Bagaimana dengan Gingu? Kita lewati dulu kisahnya. Friri, Poni, dan Didu berhasil diterima di SMAP yang dituju. Gingu? Bagaimana dengannya? Ia sangat terpukul atas kegagalannya, ia bahkan berniat tidak melanjutkan sekolah. Namun, orangtua kurcaci Gingu akhirnya mendaftarkannya ke SMAP yang berada dekat rumah nenek kurcaci. SMAP yang sama sekali ia belum tahu sebelumnya. Tak ada kenalan disitu. Lingkungan baru. Harus hidup mandiri selama tiga tahun, karena ia harus jauh dari orangtua kurcaci. Begitu juga dengan Suno yang harus masuk asrama karena program yayasannya itu. 

Semua menjadi jauh lebih sulit saat mereka tak bersama.

Sangat
sulit.

air mata
keringat
luka
pengorbanan
gagal
kecewa
disakiti
ditempa
hidup.

Mereka terpisah karena hidup ingin menempa mereka lebih kuat. 

Hingga akhirnya mereka memasuki jenjang perkuliahan, hidup bahkan mendidik mereka untuk lebih mandiri. Lima kurcaci, lima kota, dan lima perguruan tinggi. 

***

Gue di Depok
Peni di Bogor
Frida di Bandung
Sonia di Purwokerto
Dias di Jogja

Gue di UI
Peni di IPB
Frida di ITB
Sonia di Unsoed
Dias di UGM

Gue ambil gizi
Peni ambil kelautan
Frida ambil planologi
Sonia ambil kedokteran
Dias ambil arsitektur.


Lima anak manusia, yang terpisah
oleh jarak
bukan mimpi
atau hati.
Sedihnya
hanya bisa bertemu
setahun beberapa kali.


28 Juli 2015,
aku yakin ini takdir.

Tertanda,
Gita

Sengaja fotonya ditaro di akhir, agar pembaca fokus pada cerita dan percaya bahwa itu hanya fiksi --pada awalnya. Tapi, halo, ini ternyata kisah nyata! Beberapa foto dapet dari instagramnya Dias (@diastism). Ternyata diem-diem dia suka upload foto gue --well, kita.


Bulan puasa tahun lalu

Tempat favorit selain toko buku.




Pasar Seni ITB 2014. Dias bela-belain dari Jogja ke Bandung pake uang tabungannya buat ngumpul sama kita. Touched :"

Bulan puasa tahun ini

Tempat favorit lainnya selain toko buku. Coba tebak, dimana?
Project setahun yang lalu, mati suri sekarang

Waktu ulang tahun Dias 2 tahun lalu (kayaknya)

Peni dan Dias 6 tahun satu sekolah

Dias suka bikin komik terus ide ceritanya dari gue. Ini padahal lagi random ngasal aja, eh dia gambar juga ide gue ternyata. Yaudah. Semoga menghibur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar