12/13/2014

Catatan Awal Kuliah (Part 2)

Saya merasa berada di tempat yang tepat. Tidak salah fakultas, apalagi jurusan. 

Setelah sekian lama bernegosiasi dengan diri sendiri, "Nulis ah." "Parah banget ih orang mau UAS juga." "Tapi mau nulis." "Itu tugas numpuk apa kabar". Dan yah, setelah mengirimkan seluruh tugas akhir Kimia Organik (yang termasuk di dalamnya: membaca buku The Alchemy of Air seharian buat bikin resensinya) dan materi makalah Dasar Kesehatan Masyarakat ke salah satu teman, saya merasa butuh mengapresiasi hari ini dengan menulis sebuah postingan, sekedar mengemukakan apa yang ingin saya selatankan--ehm, utarakan.

PADAHAL BELOM NGAPALIN SENAM BUAT JSKG BESOK. BAH.

Jadi, kalau ada yang bertanya tentang bagaimana kehidupan perkuliahan... seperti tante gue, "Gimana Git kuliah? Enak kan? Gak berat dibanding SMA." Terus gue cuma bisa menatap nanar dengan kemudian minum baygon.

Jadi ceritanya sekarang status gue udah gak mahasiswa baru (maba) lagi. Mahasiswa aja. Dengan status: IM Aktif. Yeaaaay!

Tunggu, tunggu. Apa yang perlu disenangi dari itu? Perlu perayaan? Buat apa? Cuma status kan.

Iya juga sih. Mahasiswa baru, mahasiswa aja, mahasiswa lama, semuanya cuma status. IM Aktif, IM biasa, atau apalah itu, juga cuma status. Status? Bahkan itu kayaknya cuma tulisan deh. Gak penting juga buat gue. Bisa bikin IP tinggi gitu?

Tapi, sayangnya, kehidupan perkuliahan bukan sekedar IP.

Jadwal kuliah gue secara resmi hanya ada di hari Senin-Kamis. Itu berarti kalau tidak ada kelas tambahan atau pengganti, hari Jumat-Minggu adalah 3 hari berharga untuk santai-santai di rumah, jadi matil tugas-tugas, nonton film Thailand ampe mabok, tidur 12 jam dan melakukan hal-hal gak penting lainnya.

Sering Ibu gue minta gue buat "di rumah aja" saat gue bilang, "Sebenernya hari ini gak ada kelas..." Tapi kemudian gue kasih pengertian ke beliau bahwa kuliah tidak sebatas kelas dan ujian. Berdasarkan apa yang gue dapet dari 'masa berproses' saat jadi maba: Kuliah adalah belajar, di dalam maupun luar kelas. Kuliah adalah tentang ilmu dan kebermanfaatan.

Dengan pemikiran tersebut, setelah Mabim, selama masa magang di Lembaga Kemahasiswaan (LK), gue memutuskan untuk ikut oprec kepanitiaan Pemira FKM. Dan gue diamanahkan untuk bekerja sama di bidang Verifikasi bersama 7 staff lainnya, dan 1 Penanggungjawab. Selama kurang lebih 3 bulan gue terlibat di kepanitiaan tersebut, akhirnya tepat 8 Desember lalu terlaksana Closing Ceremony Pemira berikut pengumuman siapa-siapa saja pemimpin FKM untuk tahun 2015. Dan artinyaaaa, selesai tugas gueee. Dadah pulang malem-malem banget. Dadah pleno pagi-pagi banget. Dadah cabut-cabut kelas demi jaga stand. Dadaaah.

Tapi poinnya bukan 'dadah'-nya. Poinnya adalah 'pulang malem-malem banget' dan 'pleno pagi-pagi banget'. Disitu gue berproses. Gue mengamati gimana kepanitiaan di kuliah dan SMA berbeda. Kalo di kuliah kayaknya setiap kepanitiaan wajib banget ada yang namanya TB (team building atau team breaking). Semua panitia bekerja secara 'rapih' di bidangnya masing-masing, tapi tetap ada kesadaran untuk saling bantu antarbidang.

Di tengah-tengah Pemira, status gue masih sebagai maba dan perlu untuk menyelesaikan beberapa tugas angkatan, diantaranya: majalah angkatan, buku angkatan, dan minggu keakraban yang mengundang angkatan atas. Dan gue iseng edit video ini dengan dibantu beberapa teman untuk menambahkan beberapa video wawancara dan mengumpulkan foto-foto angkatan. Video ini ditayangkan di Mikrab Gembira 2014 (Migelas). (Sayang sekali gue terlalu buru-buru dan lupa ngedit framenya dari 16:9 ke 4:3 huhu jadi kepalanya kepotong semua itu. Amatir banget)


Setelah secara resmi menjadi mahasiswa di acara "Selamat Datang Mahasiswa", dan menyelesaikan kepanitiaan Pemira, bukan berarti gue udah bisa lega. Masih ada 1 tanggung jawab lagi sebelum benar-benar liburan di (pertengahan) Januari nanti. Yaitu adalaaaaah: menjadi volunteer di Peduli Desa FKM UI PEDULI 10! Wuhu! Ini bakal seru banget dalam bayangan gue. Walaupun harus ngumpul sampai malam tiap Jumat sore demi mempersiapkan berbagai intervensi ke Desa Langkapjaya, tapi gue seneng banget. Setelah waktu itu jadi panitia BAKPAO (Bakti Sosial Pasca OKK), gue jadi ketagihan buat ikut-ikut yang kayak begini: jadi relawan.

Dan di titik ini gue semakin sadar bahwa yang membuat kita bahagia bukan uang, ilmu, atau status. Tapi bahagianya orang lain. Satu kata: kebermanfaatan. Mari kita berproses bersama.



KUNJUNGI KAMI DI: kitabisa.com/pedulidesa 
KAMI MASIH SANGAT MEMBUTUHKAN BANTUAN ANDA 
Terutama dalam bentuk donasi :) 

- - - 

Terbayang oleh saya kehidupan 10 tahun lagi, jika nyawa masih diberi.
Saya sedang mengocok adonan kue, atau memasak sebuah hidangan penutup, atau sekedar menata komposisi dari jus di siang hari
Lalu anak-anak saya yang lahir dari rahim saya karena seseorang yang saya cintai, berlari-larian di sekitar saya dengan memainkan pesawat kertasnya atau bonekanya, 
kemudian beberapa pelanggan tertawa melihat mereka 

Terkadang itu cukup. 

Setelah jenuh bekerja selama beberapa bulan, saya memiliki beberapa bulan lainnya untuk melakukan perjalanan bersama keluarga saya ke beberapa tempat di Indonesia, bahkan dunia
Tidak untuk menghabiskan rupiah atau dolar, tapi untuk mengabdi pada masyarakat dan mendekat pada alam

Kemudian saya akan membuat beberapa film dokumenter dan iklan layanan masyarakat, membaca dan menulis beberapa buku, melakukan penyuluhan, dan bertemu beberapa klien saya yang mengeluh tentang berat badan. Dan semua itu ditemani oleh keluarga dan sahabat yang selalu mendukung saya.

Menyenangkan menmbayangkan saya akan memasak, menghitung kalori, menyuluh kesehatan, melakukan berbagai perjalanan, menyunting video, menulis buku, mengurus keluarga, dan merawat kucing di waktu yang bersamaan. Ini tidak cukup--ini berlebihan. Kebahagiaan yang begitu berlimpah. 

Lalu saya berpikir, apa yang ada dibenak para koruptor? Apa kebahagiaan mereka?

Sebenernya ngantuk,
Gita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar