9/14/2013

FPI yang Sedang Ramai

Oleh Gibran Sanjaya

Saya masih bingung mengapa dan bagaimana bisa orang-orang (muslim) membenci FPI begitu dalamnya hingga membuat cemoohan-cemoohan berupa foto maupun tulisan yang bersifat persuasif --FPI adalah Ormas negatif, kata mereka.

Tak terbayang oleh saya bagaimana Indonesia kedepannya bila hanya mengandalkan POLRI yang seolah lumpuh kedua kakinya dan buta matanya, sementara FPI diam. Tidak berteriak "allahuakbar" sambil membawa pentungan untuk sweeping warung-warung yang menjual miras saat bulan suci Ramadhan.
Miris.

Sungguh tak terbayangkan bagaimana Indonesia kemarin bila masyarakat hanya bisa manut kepada sistem dan duduk manis di depan televisi, sementara FPI diam. Membiarkan para finalis Miss World memamerkan tubuhnya dengan bikini, dan itu semua terjadi di Bali sambil ditonton jutaan umat Muslim Indonesia.

Saya merasa bodoh bila termakan oleh media, seperti orang-orang yang lain. Seperti teman-teman saya, yang logikanya pendek, yang tidak visioner, yang hanya tau bahwa Bali adalah tuan rumah dari Miss World, dan mereka bangga. Ya, Bali memang tuan rumah, tuan rumah dari wanita-wanita yang pandai beretorika dengan memakai tanktop, dan mereka bangga. Ya, bangga.

Bodoh, bukan?

"Urusi saja korupsi, barulah mengurusi hal-hal kayak gini!"

Lebih bodoh, bukan?

Bung, korupsi merajalela, bukan berarti hal ini didiamkan saja. Bagaimana bila saya kembalikan kata-kata Anda dengan analogi, "Bung, makan saja belum selesai, kau sudah minum!" bagaimana bila sedang tersedak? Bisa mati Anda!

Maaf bila saya menuangkan kekesalan saya dengan sedikit kasar dan menusuk. Saya bukan bagian dari FPI, saya hanya ingin orang Indonesia menjadi cerdas, khususnya umat muslim (karena, tentu saja, FPI adalah Front Pembela Islam).
Saya hanya ingin kita semua berfikir dengan akal sehat, saring dulu berita-berita di TV, koran, radio, jangan asal ditelan bulat-bulat.

Tanpa ada maksud politik atau semacamnya, saya hanyalah mahasiswa tingkat satu yang kesal terhadap orang Indonesia yang mudah sekali dibentuk pola pikirnya oleh media. Saya juga bukan seorang muslim yang kaffah seperti kyai-kyai di luar sana, atau mungkin, saya juga tidak se-kaffah Anda, pembaca yang budiman. :)

Note:
Hai!― siapapun yang baca ini. Tulisan diatas merupakan tulisan dari senior gue, dia keren banget. Dan dari apa yang gue baca, gue melihat semangat anak muda ditulisannya―selalu. Gue juga bukan seorang anggota FPI, tapi overall gue setuju sama pendapat Kak Gibran. Tentunya sebagai seorang muslim―yang tidak luput dari beribu kekurangan.

Memang Indonesia merupakan negara yang menganut pluralisme, tapi mayoritasnya muslim. Sama aja kayak di negara lain yang Islam menjadi minoritas, apa ada acara Lomba MTQ yang disiarkan di TV Nasional? Ya, begitu juga dengan kasus Miss World di Indonesia. However, ini sekedar pendapat. Masih banyak kok peluang Indonesia mempromosikan wisata dan kebudayaannya―bukan hanya dari satu sisi. :)

3 komentar:

  1. Sampah... MenCERDAS kan bangsa, FPI katanya..
    Emang ga liat apa, anggota2 FPI pada penganggurabn. Udah lah cerdasin diri sendiri dulu..
    Emang mereka orang 2 gak berpendidikan yg gmpang di doktrin.
    Yg untung. Ya org yg diatas, yg kl dapet orderr
    Malu liat indonesia seperti itu. Apalg pemerintah yg bner2 kayak sampah jg dan ga bisa menegakkan hukum udah jelas2 fpi byk melanggar peraturan
    Lo pada kl udh ke luar negeri kyk eropa bakal shock kl liat orang2 disini paada ATHEIS tp , berperilaku bner2 baik trhdp sesama sm suka menolong orang..
    Bilang sama senior lo.. jgn NAIF..

    BalasHapus
  2. Naif?

    na.if
    [a] (1) sangat bersahaja; tidak banyak tingkah; lugu (krn muda dan kurang pengalaman); sederhana: gambar-gambar -- penuh menghiasi dinding kamarnya; (2) celaka; bodoh; tidak masuk akal: -- nya, kerugian sebanyak itu hanya diganti sepertiga

    Naif, kan?
    Serius naif?

    Lalu mana yang lebih naif, tulisan saya di atas, atau ini:

    "Lo pada kl udh ke luar negeri kyk eropa bakal shock kl liat orang2 disini paada ATHEIS tp , berperilaku bner2 baik trhdp sesama sm suka menolong orang.."

    :)

    Ganti topik ya...
    Jika memang benar FPI banyak melanggar peraturan, sebenarnya yang Anda maksud, mungkin, adalah tindakan represif, meski memang terlihat keras dan menekan, namun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tindakan represif bersifat menyembuhkan. Jika tidak percaya, silakan baca sendiri di rumah, jika tidak ada, bisa ke perpustakaan :)

    Jika hal yang dipandang keras dan menekan oleh masyarakat sebenarnya bersifat menyembuhkan, mengapa tidak?

    Mana yang lebih baik menurut Anda, POLRI yang diam saja, duduk manis sambil nge-teh dan makan biskuit, melihat penyimpangan-penyimpangan yang ada di luar sana, atau, FPI yang bergerak brutal membasmi penyimpangan-penyimpangan yang ada demi kebaikan bersama.

    Mana yang lebih baik?

    Satu lagi :)

    "Sampah... MenCERDAS kan bangsa, FPI katanya..
    Emang ga liat apa, anggota2 FPI pada penganggurabn. Udah lah cerdasin diri sendiri dulu.."

    Boleh saya kembalikan dengan analogi yang sama dengan tulisan saya di atas? :)

    "Bung, makan saja belum selesai, kau sudah minum!" :)
    Jika memang para anggota FPI adalah pengangguran, apakah sebuah kesalahan bila pengangguran menegakkan keadilan secara represif? Perbandingannya, mana yang lebih baik dengan POLRI yang memiliki hak untuk menegakkan keadilan --bahkan sebenarnya adalah kewajiban-- malah justru diam, lumpuh, tak bergerak. :)

    Jika masih penasaran, sila kirim surel ke: gibranms@gmail.com :)

    Mohon maaf saya tidak berwenang dalam blog ini, jadi alangkah lebih baik bilamana Anda mengirim pesan secara personal ke alamat e-mail saya. :D

    BalasHapus