11/28/2015

Negara Pertama di 2015!

"Belum tentu orang Indonesia yang di luar negeri itu nasionalismenya rendah. Selama dia bermanfaat dan berkontribusi untuk bangsa, rasa nasionalismenya dapat dikatakan lebih besar dari orang yang tinggal di samping Monas tapi kerjaannya menggerogoti uang negara. Nasionalisme bukan masalah lokus." - Pak Nuh, Mantan Menteri Pendidikan RI, dalam speechnya di ADIC 2015
Setelah keynote speech yang luar biasa, akhirnya bisa foto bareng. Haha padahal zaman UN marah-marah sama Pak Menteri. Ujungnya minta foto juga. Siswa memang selau reaktif. Sekarang mah udah mahasiswa jadinya beda :D

***

Malaysia menjadi negara pertama yang menghiasi paspor baru Gita dan Tika, yeay! Semua terjadi seperti mimpi, semua berproses seperti hanya kenangan, yang buruk-buruknya menguap, tersisa kenangan indah yang selalu kembali kita idam-idamkan untuk diulang. Itu rasanya perjuangan. 

Semua diawali dengan jejaring. Awal memutuskan untuk nulis paper bareng itu pas sama-sama jadi volunteer Peduli Desa FKM UI Peduli 11. Di salah satu rumah homestay, gue dan Tika mendengarkan cerita hidup Kak Uma dengan seksama. Benar-benar kisah hidup, dari kecil hingga di UI dan ke Cina dan pulang dari kegiatan volunteer lanjut ke Jepang. Tidak ada motivasi yang lebih membakar dari kisah yang memang nyata. Tandanya: semua bisa seperti itu! 

Sejak saat itu, gue dan Tika berjanji untuk mengabari satu sama lain kalau ada info konferensi ke luar negeri. Kalau gue, emang pada dasarnya pengen menginjakkan kaki kemana-mana ya. Duuh rasanya pengen banget jadi presenter jalan-jalan tapi kurang cantik hmm gimana dong ya. Mungkin, konferensi yang akhirnya mengantarkan gue jalan-jalan ke negeri orang. Dan, kenapa tidak mencoba untuk menulis? Bukankah menulis adalah cara untuk mengabadikan karya kita?

Menulis hal-hal yang ilmiah seperti esai, paper, karya tulis, dan sejenisnya merupakan hal yang baru bagi gue. Jika biasanya menulis blog, puisi, prosa, apapun itu yang fiksi, sekarang gue harus mencba menulis ilmiah dimana tulisan tersebut mungkin bisa mengantarkan gue mentato paspor gue yang kosong. Dan ternyata bukan "mungkin", tapi iya. 

Terima kasih untuk Kak Joko yang memotivasi Gita dan Tika untuk menulis paper pertama kami, dan turut membimbing kami dalam proses penulisan. Dan semua petuah dari Kak Joko bener banget! 


Kalau mau nulis paper jangan kelamaan research. Berdasarkan seminar-seminar yang gue ikuti tentang penulisan jurnal internasional, yang harus dilakukan setelah mendapatkan ide, judul, research sedikit, lalu tulis! Strat to write everything that you know. Setelah mulai nulis akhirnya tahu deh dimana kurangnya dan harus fokus research ke bagian mana. Research selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki, atau finishing paper tersebut. Kalau kebanyakan mikir doang tanpa mulai nulis, yang ada malah kelewatan deadline. Karena setelah ada tulisannya, kita jadi lebih mudah untuk tahu, "Oh disini toh kurangnya." And yes, bakal sering revisian. 
Berfoto dengan mahasiswa Universitas Syah Kuala (Aceh). Katanya kalau gue dan Tika ke Aceh  mereka siap menjamu kita. Salah satu keuntungan konferensi nih, membangun jejaring :)

Intinya adalah, semua orang bisa nulis. Apalagi nulis ilmiah. Selama memiliki keinginan untuk memulai, konsistensi untuk bertahan, dan otak yang sehat untuk berpikir, smeua orang bisa menulis ilmiah. Diiringi juga dengan membangun jejaring, katakan mimpimu pada banyak orang! InsyaAllah akan dipertemukan dengan orang yang punya mimpi yang sama, dan bisa jalan bareng. Kalau niatnya juga untuk kebaikan, semua akan dimudahkan oleh-Nya. 

Negara selanjutnya? I've wrote it down on my notebook. Wish me luck! 

Love,
Gita 

P.S. Yes akhirnya bisa kasih posting yang sok travele abis! Next posting bakal tentang explore negara orang nih. Wah akhirnya kesampean yak bisa ngepost sok-sok traveling gitu kayak blog-blog tetangga :") 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar